Inilah karya yang kedua dari anak-anak SSSI, kali ini mereka menunjukan dengan karya mereka yang berupa cerpen yang berjudul
"Knalpot bising ? Gak lagi ya !"
Dinda adalah siswi baru di SMA Kencana.Walau baru sehari menjadi penghuni SMA favorit itu ia langsung terkenal. Dinda sudah mendapat banyak teman baru. Lalu berita ini terdengar sampai ke telinga Farel, seorang preman sekolah yang tampan namun angkuh. Farel terus mencari tahu seperti apakah Dinda, tapi ia tidak pernah bertemu langsung.
Suatu hari Farel pulang sekolah dengan mengendarai motornya yang berknalpot bising, tidak sengaja ia melewati Dinda. Dinda merasa telinganya terganggu dengan suara knalpot itu. Tanpa pikir panjang Dinda memanggil Farel.
“Heh ! Kira-kira dong kalau punya motor !” teriaknya. Merasa teriakan itu untuknya Farel berhenti dan menoleh ke belakang. Ia turun dari motor dan menghampiri Dinda.
“Apa tadi lo bilang ?”
“Knalpot motor lo! Bikin semua orang budeg sama sakit perut ! Ngerti ?!” solot Dinda.
“Lo belum tau siapa gue ya ?” tantang Farel.
“Belum ! Dan gue GAK MAU TAU siapa lo!” balas Dinda sambil meninggalkan Farel yang terbengong.
“Siapa sih tuh cewek? Songong banget !” sungut Farel sambil melakukan chess pass pada Andri, sahabatnya. Sore itu mereka sedang bermain basket.
“Yang mana sih ?”
“Pokoknya selama gue sekolah disini, gue baru pertama kali lihat wajahnya.”
“Berarti dia murid baru, Rel. Mmmm ooh Dinda, Dinda itu kali.Yang kata anak-anak baik dan cantik, hehe.”
“Cantik sih iya, koplak iya juga ! Tapi itu gak mungkin murid baru itu, Dri. Masa murid baru udah songong gitu, sama gue lagi.Gak mungkin !”
“Mungkin iya loh, besok kita cari aja orang itu, gimana ?”
“Oke. Siapa takut !”
Keesokan harinya saat bel istirahat berbunyi, Dinda bergegas pergi menuju perpustakaan.
“Non fiksi terbaru ada gak, Bu ?” tanyanya pada Guru penjaga perpustakaan.
“Ada tuh, tentang emisi gas karbon gitu. Baru setengah jam yang lalu datang.”
“Wah kebetulan banget, itu yang saya cari Bu, hehehe. Saya pinjem ya !”
Setelah meminjam buku, Dinda mencari-cari cowok yang kemarin memiliki motor berknalpot bising itu. Tak usah keliling jauh-jauh, ia melihat Farel sedang berjalan bersama satu temannya, sepertinya akan menuju kantin.
“Heh, knalpot !” panggil Dinda.
Farel menoleh dan memasang wajah heran tapi seketika itu juga berubah menjadi geram karena melihat muka Dinda.
“Knalpot, knalpot ! Gue punya nama !”
“Ya terserah lo lah, siapa kek nama lo, gak terlalu penting juga buat gue. Nih,gue mau ngasihin buku ini.” Dinda menyelipkan buku tersebut di telapak tangan Farel.
“Eh, eh maksudnya apa nih ?”
“Baca buku itu ! Dan lo bakal tahu gimana ruginya hidup lo, gue, temen lo, dan semua orang di dunia ini kalau knalpot motornya kayak lo semua.” Dinda melegang pergi meninggalkan Farel dan Andri yang masih saja terbengong.
“Menghadapi Emisi Gas Karbon dalam Kehidupan. Hahahahahahaha.” Andri membaca judul buku tersebut sambil tertawa.
“Diem lo ! Malah ketawa lagi ! Dasar cewek sarap !” Farel bersungut.
Bel sekolah berbunyi nyaring, Dinda ingin cepat-cepat keluar, ia sudah tidak sabar datang ke sanggar Ibunya. Hari ini sanggar Ibunya mengadakan penggalakkan penanaman seribu pohon untuk mengurangi dampak emisi gas karbon dan perubahan iklim juga mengurangi dampak global warming yang memang sudah mewabah dan sudah terasa dampak negatifnya di dunia sekarang-sekarang ini.
Sesampainya disana Dinda di sambut baik oleh teman-teman Ibunya.Dengan antusias dan senang hati Dinda membantu mereka menanam bibit-bibit pohon, kebetulan teman-teman Ibunya membawa putra-putrinya, ada yang masih SD, SMP, dan ada juga yang seumuran dengan Dinda. Mereka berkenalan dan menanam bibit bersama.Tiba-tiba Tante Irna, teman Ibunya Dinda berlari-lari dan meminta maaf kepada yang lain karena telat datang. Tidak sengaja Dinda mendengar alasan mengapa Tante Irna bisa terlambat.
“Maaf ya, Jeng. Anak saya telat jemput, biasalah anak cowok tahu sendiri kayak gimana, tuh dia menuju kesini. Farel, sini nak !”
Dinda menoleh ke arah yang ditunjuk Tante Irna, dan melihat orang yang bernama Farel, seketika itu juga Dinda tercekat. Jadi namanya Farel. Katanya dalam hati. Dinda langsung pura-pura sibuk dengan mengajarkan bagaimana cara menanam bibit yang benar kepada Tito, anak kelas 2 SD yang lucu.
“Gali dulu tanahnya, Tito sebelum kita menabur bibitnya.”
“Kenapa kita harus repot-repot kayak gini, Kak ? Kan kalau gini tumbuhnya lama, lagian pohon-pohon kan masih banyak.”
“Ini nanti untuk generasi kita, Tito. Untuk adik kamu, untuk kamu nanti kalau sudah besar. Kalau bukan kita yang menanam siapa lagi ? Kamu tahu gak ? Dengan kamu menanam satu pohon saja, kamu sudah menyelamatkan seluruh orang di dunia. Percaya gak ?” Tito menggeleng. Tapi Dinda malah tersenyum.
“Cewek koplak, mana ngerti anak kecil yang begituan !” Tiba-tiba suara yang Dinda kenal datang. Dinda sudah tahu itu suara siapa.
“Justru karena dia gak ngerti jadi gue jelasin !” kata Dinda.
“Mana ngerti dia masih kecil, Dinda!” balas Farel. Dinda sedikit kaget, kenapa dia tahu namanya?
“Emang sih orang kayak lo gak akan ngerti beginian, masih mending anak kecil. Kalau lo mau tahu ini tuh salah satu solusi biar asap kendaraan motor jelek lo itu gak berdampak negativ buat kehidupan orang-orang ! Harusnya lo nyadar diri dong !”
“Emangnya lo kira gue aja yang punya motor begituan, banyak kali ! Mereka juga anteng-anteng aja, kenapa lo yang repot ?”
“Ya makanya dimulai dari lo ! Udah ah ribet ngomong sama orang awam ! Pergi lo !”
“Ogah ! Ini kan tempat umum, siapa aja boleh kesini !”
“Terserah deh !”
“Ya emang terserah gue !” Farel ngeloyor pergi.
“Cowok gila !”
Dinda kesal. Ia menghampiri Ibunya dengan wajah cemberut.
“Kenapa, Din ?” Tanya Ibunya.
“Biasa Bu, ada cowok nyebelin.” sambil menunjuk kearah Farel.
“Loh ? Itu kan anaknya Tante Irna. Bukannya dia satu sekolah sama kamu ?”
“Iya, tapi nyebelin tingkat internasional, Bu !”
“Jangan gitu ah, mendingan kamu sekarang nanam bibit bareng dia aja, Ibu panggil ya !”
“Eh,jang……”
“Farel !” panggil Ibu Dinda. Farel menoleh dan tersenyum. Dinda tambah cemberut.
“Kenapa dipanggil, Bu ?Aduuuh…” keluhnya.
“Ada apa, Tante ?” Tanya Farel.
“Ini kamu temenin Dinda ya. Tante mau bawa makanan dulu. Oke.” ucap Ibu Dinda. Farel terlihat kaget, namun cepat-cepat ia tersenyum dan mengiyakan.
“Jangan lo kira Ibu gue nyuruh lo nemenin gue, lo bisa dket-deket sama gue ya!”
“Eit, geer banget lo! Siapa juga yang mau deket-deket sama lo !”
Mereka saling tutup mulut cukup lama, hingga akhirnya Farel tak tahan karena bosan. Akhirnya ia mengalah dan memulai pembicaraan.
“Lo pindahan darimana?”
“Bandung.”
“Tadinya SMA mana?”
“24.”
“Kenapa pindah ke Jakarta?”
“Terserah gue.”
“Ditanya bener juga.”
“Gak penting.”
“Eh, tadi gue sempet baca-baca buku yang lo kasih. Ternyata cukup menarik juga.”
“Buku itu punya perpustakaan, nantinya lo cepet balikin.” masih dengan suara ketus.
“Oke, eh lo bisa kan ajarin gue cara nanam bibit ini ?” Tanya Farel. Dinda terperanjat kaget. Kenapa nih orang tiba-tiba sok lembut dan baik ?
“Lo yakin mau coba ?” Dinda bertanya balik. Farel mengangguk mantap.
“Baguslah, akhirnya lo punya kesadaran juga. Coba kalau semua orang kayak lo, cepat sadar dengan perbuatan mereka yang merugikan lingkungan.” Ucap Dinda.
“Lo cinta banget sama lingkungan ya ?”
“Emang lo bakal bisa bertahan hidup tanpa lingkungan ?”
“Nggak, hehehe ..” Farel nyengir.
“Lo tau sendiri jawabannya, mencintai lingkungan adalah sebuah kewajiban dan kebutuhan, Farel.”
“Gue suka KATA-KATA LO. Dan ng… gue baru denger lo nyebut nama gue, hehehe.”
Dinda tersenyum manis sekali, Farel sampai memandangnya lekat. “Ada apa ?” tanya Dinda.
“Oh,nggak. Ayo kita mulai!”
“Ayo !”
Dan mereka pun dengan semangat yang tinggi menanam bibit-bibit yang nantinya akan menjadi pohon itu, yang sedikit demi sedikit akan menyelamatkan bumi dari kepunahan.
So guys, jaga bumi kita. Kalau bukan kita yang menjaga,siapa lagi? Bahwasannya kita adalah penghuni bumi ini, dan kita juga yang harus bertanggung jawab dengan segala konsekuensinya. Kurangi asap kendaraan bermotor, lestarikan hutan kita,stop illegal logging,kurangi efek rumah kaca, dan galakkan penanaman pohon-pohon. Bumi ini mencintai kita, masa kita menolaknya? Tetap semangat !
Created by :
Nama : Mira Aditya
Pesan : Jaga terus lingkungan kita, kalau lingkungan rusak
kita mau hidup bagaimana? Jadi marilah cintai
lingkungan seperti kamu mencintai pacar kamu.
Created by :
Nama : Mira Aditya
Pesan : Jaga terus lingkungan kita, kalau lingkungan rusak
kita mau hidup bagaimana? Jadi marilah cintai
lingkungan seperti kamu mencintai pacar kamu.